Anda mungkin sudah pernah mendengar
cerita klasik mengenai tiga orang tukang batu yang sedang membangun sebuah kuil.
Sebut saja nama mereka si Kumis, si Gondrong, dan si Botak. Ketiga orang ini
sama-sama sedang menyusun bata-bata menjadi dinding sebuah bangunan. Bedanya,
wajah si Kumis tanpa senyum dan sesekali mengeluh jika menemui kesulitan.
Dengan mood yang tidak stabil itu, akibatnya pekerjaannya asal-asalan. Wajah si
Gondrong juga hampir tanpa senyum, namun ia diam saja. Wajah si Botak lebih
ceria dan sesekali bersenandung. Si Botak lebih cepat bekeja dan hasilnya lebih
banyak dibandingkan kedua rekannya.
Saat sore menjelang, Sang Mandor
memanggil mereka untuk diberikan upah. Si Mandor yang ternyata memperhatikan
mereka sejak pagi lantas bertanya kepada mereka satu persatu.
“Hai Kumis, mengapa seharian ini
wajahmu kucel dan mengeluh saja ?”, Tanya si Mandor.
“Apa pedulimu ? Aku kerja untuk
mendapat upah. Yang penting bata-bata itu sudah tersusun jadi dinding dan aku
dibayar”, jawab si Kumis.
“Hai Gondrong, kamu juga jarang
senyum dan diam saja, “ ujar si Mandor.
“Aku berusaha konsentrasi
mengikuti aturan agar dinding yang kubuat kuat dan bagus,” jawab si Gondrong.
“Nah, Botak. Kamu mengapa bekerja
begitu ceria ?, padahal upahmu sama dengan yang lain, ” tanya si Mandor.
“Aku senang bisa ikut dalam
sejarah membangun tempat ibadah ini. Aku membayangkan setelah bangunan ini
jadi, orang-orang akan mengagumi bangunan ini, dan akan aman dan senang berada
di kuil ini, maka aku kerjakan dengan sebaik-baiknya …” jawab si Botak.
Seandainya anda jadi si Mandor,
kira-kira siapa tukang yang anda sukai ? Siapa tukang yang akan anda percayai
untuk dipakai seterusnya ? Kalau anda dipromosi menjadi Kepala Proyek, siapa
yang akan anda tunjuk sebagai Mandor menggantikan anda ? Siapa yang nasibnya
akan cepat berubah menjadi lebih baik ?
Ketiga tukang bangunan tadi telah
memberi ARTI kepada pekerjaan dan tempat bekerja mereka berbeda-beda. ARTI yang
mereka berikan kepada pekerjaan dan tempat bekerjanya itu menentukan PIKIRAN
dan PERASAAN mereka, lalu menentukan KEPUTUSAN yang mereka untuk bertindak,
lalu menentukan TINDAKAN yang mereka lakukan, lantas menentukan HASIL
perbuatan/pekerjaan mereka, dan akhirnya menentukan NASIB mereka sendiri.
Memang bukan cuma soal ARTI. Dibutuhkan
pula KOMPETENSI agar kita siap dan mampu memberi hasil kerja yang terbaik. Seandainya
si Botak bekerja hanya mengandalkan wajah ceria dan kedekatan dengan Anda
selaku Mandor, tapi ia tidak terampil dan hasil kerjanya tidak berkualitas,
apakah anda selaku Mandor akan mempercayainya jadi pengganti anda dengan risiko
merusak reputasi anda sendiri ?
Kalau sekarang anda merasa NASIB
anda belum memuaskan anda, masih begitu-begitu saja, atau sebaliknya justru
anda tengah gembira dengan NASIB anda, maka silakan periksa dahulu apa ARTI
yang anda berikan kepada pekerjaan, jabatan, dan Perusahaan tempat anda bekerja
selama ini ?
So, apa ARTI pekerjaan, jabatan, dan
Perusahaan tempat anda bekerja bagi anda ? …
Sumber : http://provokasi-prass.blogspot.com/
0 Response to "Dimulai dari ARTI"
Post a Comment